Bab 8: Rezeki dan Sabar
Rezeki Sudah Tertulis
Setiap manusia membawa takarannya masing-masing.
Rezeki tidak pernah tertukar.
Tidak ada yang bisa merebut bagian kita, dan tidak ada yang bisa kita ambil dari orang lain.
Namun hati sering gelisah.
Melihat yang lain lebih lapang, kita merasa sempit.
Melihat yang lain lebih banyak, kita merasa kurang.
Padahal, rezeki bukan hanya tentang harta.
Rezeki adalah kesehatan, waktu bersama keluarga, bahkan ketenangan hati yang tak bisa dibeli.
“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hūd: 6)
Sabar Saat Sempit
Kesempitan rezeki bukan tanda Allah benci.
Ia adalah jalan ujian.
Untuk menguji, apakah kita tetap bertahan, atau menyerah pada putus asa.
Saat kantong menipis, banyak hal diuji.
Kesetiaan diuji.
Kejujuran diuji.
Rasa cukup diuji.
Dan di situlah sabar menemukan maknanya.
Menahan diri dari keluh berlebihan.
Menjaga hati agar tidak iri.
Tetap berusaha tanpa kehilangan harap.
Syukur Saat Lapang
Tidak semua orang diuji dengan kekurangan.
Sebagian diuji dengan kelapangan.
Di kala banyak harta, Allah ingin melihat:
apakah kita masih ingat berbagi?
apakah kita masih sujud dengan rendah hati?
atau kita lalai, merasa semua ini hasil usaha kita semata?
Syukur adalah ujian yang sering lebih sulit dari sabar.
Karena ketika nikmat melimpah, kita mudah lupa pada Sang Pemberi.
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur; maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar; maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Menjadikan Rezeki Jalan Pulang
Rezeki bukan sekadar angka di rekening.
Ia adalah jalan pulang kepada Allah.
Sempit atau lapang, keduanya adalah cara Allah mendidik kita.
Sempit untuk menundukkan hati.
Lapang untuk menguji kesetiaan.
Yang sedikit, jika dibarengi sabar, akan terasa cukup.
Yang banyak, jika dibarengi syukur, akan terasa berkah.
Dan di antara sabar serta syukur itulah, rezeki menemukan maknanya:
sebagai titipan, bukan milik.
sebagai amanah, bukan tujuan.