« Home Seusai Halal Daftar Isi »

Bab 2: Ikhtiar yang Telah Ditempuh


Jalan Panjang Menuju Halal

Tidak ada pernikahan yang hadir begitu saja.
Setiap langkah menuju halal, selalu ada cerita.

Ada air mata yang jatuh dalam doa.
Ada hati yang bersabar menanti.
Ada usaha yang tak terlihat, namun begitu berat dijalani.

Ikhtiar bukan sekadar usaha lahiriah.
Ia juga perjalanan batin: menundukkan ego, menjaga diri dari yang haram, menahan diri dari rasa ingin yang terlalu cepat.

Ikhtiar adalah bukti.
Bahwa cinta ini tidak murah.
Bahwa untuk sampai ke halal, kita rela melewati jalan yang panjang.


Air Mata, Doa, dan Perjuangan

Ada yang menempuh jalan halal dengan singkat.
Ada yang harus menunggu bertahun-tahun.

Namun satu hal yang sama:
Tidak ada yang sampai pada halal tanpa ikhtiar.

Doa-doa yang berulang.
Air mata yang tumpah dalam sujud.
Keputusan-keputusan besar yang harus diambil.

Kadang penuh keraguan, kadang hampir menyerah.
Namun di balik semua itu, ada keyakinan:
bahwa Allah selalu mendengar, meski jawaban-Nya datang dengan cara yang tidak kita duga.


Hasil Bukan Milik Kita

Kita berusaha. Kita berikhtiar.
Namun hasilnya, tetap milik Allah.

Ikhtiar tidak pernah menjamin hasil yang kita inginkan.
Tugas kita hanyalah melangkah,
sementara Allah yang menentukan kemana arah akhirnya.

“Dan manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)

Ikhtiar adalah kewajiban.
Tapi menerima hasil dengan sabar dan syukur—itulah ujian sebenarnya.


Makna Sebuah Usaha

Seusai halal, mudah bagi kita melupakan jalan panjang yang telah ditempuh.
Padahal, perjalanan itu adalah pengingat.

Bahwa cinta ini tidak datang gratis.
Bahwa doa dan usaha adalah pondasi yang membuat ikatan ini kokoh.

Dan jika nanti kita lelah dalam menjaga rumah tangga,
ingatlah kembali semua ikhtiar yang pernah dilakukan.
Karena cinta yang diperjuangkan dengan ikhlas,
akan selalu layak dijaga dengan sabar dan syukur.