Bab 13: Doa dan Ikhtiar yang Berkelanjutan
Ikhtiar Tidak Berhenti di Akad
Banyak yang mengira, setelah halal, semua perjuangan sudah selesai.
Padahal akad hanyalah awal.
Setelah itu, ikhtiar justru semakin panjang.
Ikhtiar bukan hanya soal mencari pasangan,
tapi juga menjaga rumah tangga.
Bukan hanya tentang menemukan cinta,
tapi juga merawatnya setiap hari.
Pernikahan adalah ikhtiar yang berkelanjutan.
Hari demi hari, kita dituntut untuk hadir—dengan sabar, dengan syukur, dengan doa.
Doa yang Tak Pernah Usai
Doa bukan sekadar senjata saat penantian.
Ia adalah nafas yang terus menghidupkan rumah tangga.
Berdoa agar hati tetap lembut.
Berdoa agar rezeki tetap halal.
Berdoa agar cinta tetap hangat meski usia bertambah.
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Ghāfir: 60)
Ikhtiar dalam Kehidupan Sehari-hari
Ikhtiar bukan selalu perkara besar.
Kadang ia hadir dalam hal-hal kecil:
- Menyediakan makanan sederhana dengan hati yang ikhlas.
- Menyambut pasangan dengan senyum, meski letih.
- Mendengarkan dengan sabar, meski hati sedang penuh.
Hal-hal kecil inilah yang membangun fondasi rumah tangga. Ikhtiar yang tampak sepele, namun bernilai besar di sisi Allah.
Doa dan Ikhtiar: Dua Sayap
Doa tanpa ikhtiar, hanya akan jadi angan.
Ikhtiar tanpa doa, hanya akan jadi lelah.
Keduanya adalah sayap.
Satu tak bisa terbang tanpa yang lain.
“Ikatlah untamu, lalu bertawakkallah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Perjalanan yang Tidak Pernah Usai
Rumah tangga adalah perjalanan panjang.
Di dalamnya, ada doa yang terus dipanjatkan.
Ada ikhtiar yang terus dijalankan.
Tidak ada titik akhir,
kecuali saat kita kembali kepada Allah.
Maka selama masih diberi hidup,
selama itu pula doa dan ikhtiar harus berjalan beriringan.