« Home Seusai Halal Daftar Isi »

Bab 12: Buah dari Syukur


Syukur yang Menenangkan Hati

Syukur bukan hanya ucapan “alhamdulillāh.”
Ia adalah cara pandang.
Sikap jiwa.
Cara melihat dunia dengan kaca mata yang jernih.

Orang yang bersyukur tidak berarti hidupnya tanpa masalah.
Tapi hatinya lebih tenang menghadapi masalah.
Ia tahu: apa pun yang ada padanya, adalah titipan Allah.

Ketika diberi nikmat, ia tersenyum.
Ketika diuji, ia pun masih mampu berkata: “Ada hikmah di balik ini semua.”

“Sungguh, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrāhīm: 7)

Keluasan dalam Keterbatasan

Syukur melapangkan hati di saat sempit.
Apa yang sedikit terasa cukup.
Apa yang cukup terasa banyak.

Orang yang bersyukur tidak sibuk membandingkan diri dengan orang lain.
Ia sibuk melihat kebaikan Allah dalam hidupnya.
Dan dari situlah lahir ketenangan.

Keterbatasan bukan lagi beban.
Ia menjadi jalan menuju keikhlasan.


Syukur Membuka Pintu Rezeki

Rezeki bukan hanya tentang harta.
Rezeki bisa berupa kesehatan, keluarga, sahabat, bahkan rasa aman dalam hati.

Syukur membuat rezeki yang ada terasa luas.
Dan lebih dari itu, syukur membuat Allah menambahkannya.

Bukan hanya ditambah nikmat lahiriah,
tapi juga ditambah keteguhan batin,
yang membuat seseorang sanggup menanggung kehidupan dengan lebih kuat.


Syukur sebagai Jalan Bahagia

Bahagia bukan berarti tanpa masalah.
Bahagia adalah mampu menemukan alasan untuk tetap tersenyum di tengah masalah.

Orang yang pandai bersyukur selalu punya alasan untuk bahagia.
Ia melihat kebaikan dalam setiap keadaan.
Ia menemukan makna di balik setiap peristiwa.

Di situlah rahasia syukur:
Ia mengubah hidup yang biasa menjadi luar biasa.
Ia mengubah hati yang resah menjadi tenang.
Ia mengubah cinta yang rapuh menjadi kokoh.

“Ajaib sekali urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Buah Tertinggi dari Syukur

Buah tertinggi dari syukur bukan sekadar ditambah nikmat.
Melainkan kedekatan dengan Allah.

Karena orang yang bersyukur selalu melihat kebaikan-Nya,
selalu mengingat kasih sayang-Nya,
dan selalu kembali kepada-Nya.

Dan pada akhirnya,
itulah kebahagiaan yang sejati—
hati yang selalu merasa cukup,
karena Allah adalah sumber segala cukup.