Bab 11: Buah dari Sabar
Sabar Membentuk Jiwa yang Tenang
Tidak ada ujian yang sia-sia.
Setiap kesulitan yang kita hadapi dengan sabar, sesungguhnya sedang membentuk jiwa.
Sabar menahan amarah, membuat hati lebih lapang.
Sabar menahan kecewa, membuat langkah tetap teguh.
Sabar menerima takdir, membuat jiwa lebih tenang.
Di balik sabar, ada kekuatan yang tidak tampak.
Kekuatan yang tidak lahir dari manusia, melainkan dari Allah.
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfāl: 46)
Sabar yang Mendekatkan kepada Allah
Sabar bukan hanya soal menahan diri.
Sabar adalah tanda bahwa kita percaya,
Allah lebih tahu jalan yang terbaik.
Setiap kali kita memilih sabar, kita sesungguhnya sedang memilih untuk tetap dekat dengan Allah.
Menahan diri dari berputus asa.
Menahan diri dari menyalahkan keadaan.
Menahan diri dari menyalahkan sesama.
Sabar menuntun hati untuk lebih banyak sujud.
Lebih sering berdoa.
Lebih mudah menyerahkan segala urusan kepada-Nya.
Sabar yang Menguatkan Hubungan
Dalam rumah tangga, sabar adalah nafas panjang.
Tanpa sabar, pertengkaran kecil bisa membesar.
Tanpa sabar, perbedaan bisa berubah menjadi jurang.
Tapi dengan sabar, luka bisa diobati.
Dengan sabar, kata yang kasar bisa diredam.
Dengan sabar, cinta bisa bertahan lebih lama.
Sabar adalah jembatan.
Ia menghubungkan dua hati yang berbeda,
agar tetap bisa berjalan bersama.
Akhir dari Sabar adalah Manis
Sabar memang tidak enak di awal.
Ia berat, melelahkan, dan sering terasa sunyi.
Namun akhir dari sabar selalu manis.
Karena janji Allah tidak pernah keliru:
setiap kesabaran pasti diganjar dengan kebaikan.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Sabar adalah investasi panjang.
Mungkin hasilnya tidak langsung tampak.
Tapi kelak, ketika kita melihat ke belakang,
kita akan menyadari:
semua lelah itu tidak sia-sia.